Harus Tetap Waspada Varian Baru Covid-19 Omnicron
Indeks pada perdagangan kemarin ditutup melemah pada level 6533. Ditransaksikan dengan volume yang cukup ramai jika dibandingkan
dengan rata-rata volume 5 hari perdagangan. Indeks dibebani oleh sektor Industrials (-2.216%), Technology (-1.913%), Consumer NonCyclical (-1.326%), Infrastructures (-1.154%), Consumer Cyclicals (-1.103%), Basic Materials (-1.021%), Financials (-0.912%), kendati ditopang
oleh sektor Properties & Real Estate (0.03%), Healthcare (0.252%), Energy (1.081%), Transportation & Logistic (3.309%) yang mengalami
penguatan walaupun belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6487 dan level resistance
6610.
Indeks Dow Jones Industrial merosot 652,22 poin atau 1,86% menjadi 34.483,72, terseret oleh memerahnya saham American Express dan
Salesforce. Kemudian, S&P 500 ambles 1,9% menjadi 4,567,00. Nasdaq Composite yang sarat saham teknologi turun sekitar 1,6% menjadi
15.537,69.
Sentimen pertama yaitu masih terkait perkembangan covid-19 Omnicron, dan kekhawatiran soal efektivitas vaksin untuk mengatasi infeksi
galur Covid-19 Omicron. CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan kepada Financial Times, Senin (29/11) bahwa dia memperkirakan
vaksin yang ada saat ini kurang efektif melawan Omicron. Pernyataan ini turut membuat bursa saham global memerah. Sementara, salah
satu pendiri perusahaan biotek dan produsen vaksin Corona BioNTech SE Ugur Sahin mengatakan kepada The Wall Street Journal, Selasa
(30/11), varian Omicron mungkin bisa menyebabkan lebih banyak infeksi, tetapi orang yang telah divaksinasi kemungkinan tetap terlindungi
dari penyakit yang parah. Selain itu, melansir Reuters, Selasa (30/11), Direktur Eksekutif Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) Emer Cooke
mengatakan kepada Parlemen Eropa bahwa, bahkan jika penyebaran varian baru semakin meluas, vaksin yang ada akan terus memberikan
perlindungan.
Sentimen kedua yaitu akan rilis data PMI Manufaktur dari beberapa negara, seperti di Australia, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Jerman, Uni
Eropa, sampai AS. Pertama, Caixin dan IHS Markit akan merilis data PMI Manufaktur China per November. Konsensus pasar sepakat bahwa
PMI Manufaktur China akan turun tipis menjadi 50,5, setelah pada Oktober lalu berada di 50,6--level tertingginya sejak Juni 2021. Kendati
demikian, aktivitas manufaktur China masih berada di zona ekspansi atau di atas 50. kemudian, AS akan ada 2 jenis data PMI Manufaktur,
yakni yang dirilis oleh Markit Economics dan Institute for Supply Management (ISM). Berdasarkan konsensus Tradingeconomics, PMI
Manufaktur per November untuk kedua data tersebut akan sama-sama naik masing-masing menjadi 59,1 (sebelumnya 58,4) dan 61
(sebelumnya 60,8).
Sentimen ketiga yaitu oal pengurangan pembelian obligasi bulanan atau tapering off The Fed AS masih akan menjadi perhatian pasar. Pada
Selasa, Ketua The Fed Jerome Powell mengindikasikan bahwa bank sentral dapat meningkatkan upayanya untuk meningkatkan ekonomi
untuk 'memerangi' meningkatnya tekanan inflasi. Dalam pidato di hadapan komite Senat, Kepala Fed tersebut mengatakan, bank sentral
akan mengurangi laju pembelian obligasi bulanan lebih cepat daripada jadwal US$15 miliar per bulan yang diumumkan awal bulan ini.
Powell mengatakan dia masalah itu akan dibahas pada pertemuan Desember. Dengan demikian, komentar Powell di atas menunjukkan
bahwa fokus The Fed kini telah berubah untuk memerangi inflasi dan dampak negatifnya ketimbang potensi gangguan dalam kegiatan
ekonomi akibat adanya varian baru Covid.
Sentimen keempat yaitu dari dalam negeri, akan rilis data aktivitas manufaktur RI yang diukur dengan Purchasing managers index (PMI) per
November 2021. Konsensus yang dihimpun Tradingeconomics menyebutkan, PMI Manufaktur Indonesia pada November akan naik menjadi
57,4%, rekor tertinggi baru.Pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat industri manufaktur Indonesia
bergairah. IHS Markit melaporkan PMI Manufaktur Indonesia pada Oktober 2021 adalah 57,2, melesat dibandingkan bulan sebelumnya
yang sebesar 52,2. Kedua, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan akan merilis data inflasi November 2021 hari ini, pukul 11.00 WIB,
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan angka median 0,31% untuk inflasi November 2021 dibandingkan bulan
sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara median proyeksi inflasi November 2021 dibandingkan November 2020 (year-on-year/yoy)
adalah 1,7%. Kemudian 'ramalan' inflasi inti tahunan ada di 1,435%. (Source : CNBC Indonesia)
PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71
Jakarta Pusat 10340, Indonesia
Website : www.erdikha.com